Dalam kehidupan manusia yang paling hakiki dan tinggi adalah kepercayaan manusia akan Tuhannya. Dengan kepercayaan yang dimiliki maka usaha manusia untuk selalu mendekatkan diri, dan menghadirkan keyakinan dalam dirinya bahwa Tuhan menentukan segalanya, namun manusia tidak boleh berputus asa dalam menentukan dan meraih keinginan tujuan hidupnya yang luhur. Hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan yang vertical yang berarti bahwa manusia tidak terlepas dari kekuasaan dan keridloan Tuhan dalam menjalani kehidupannya di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Manusia juga memiliki hubungan horizontal yaitu hubungan dengan sesama manusia dimana seiring dengan berjalannya waktu hubungan itu akan terbentuk baik secara alami ataupun hadir karna usaha manusia itu sendiri. Baik atau tidaknya seseorang itu bisa terlihat dari bagaimana dia melakukan intraksi dengan orang dan lingkungan sekelilingnya. Karena itu manusia tanpa disadari tidak terlepas dari filsafat hidup (philosophy of life) yang mereka miliki.
Pada umumnya, seseorang mencerminkan filsafat hidup yang mereka anut dalam diri mereka. Filsafat itu adalah hal penting yang harus diketahui dan dipelajari oleh seseorang karena empelajari filsafat yang tidak hanya memberikan kita sesuatu yang lebih baik didalam memahami orang lain namun juga tentang pemikiran pribadi kita sendiri, kepercayaan, dan nilai-nilai, cara kita berfikir mrngenai dunia di sekitar kita dan merekam serta merancang bagaimana kita menentukan apa yang penting dan baik bagi kita. Hal tersebut membantu kita untuk memahami siapakah kita, mengapa kita, dan sampai dimana kemampuan kita, kemana kita akan melangkah.
Pendidikan juga tidak terlepas dari filsafat ilmu untuk mencari kebenaran ilmu dan mengetahui perkembangan ilmu itu sendiri. Dimana pendidikan itu perlu kebenaran yang selalu dicari para ilmuan lewat ontologi, epistemologi, dan axiologi. Pendidikan perlu pengembangan karena pendidikan selalu berada dibelakang perkembangan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan sosial terus berkembang, namun dalam perkembangannya semuanya tidak terlepas dari filsafat ilmu yang telah ada.
Matematika sebagai bagian dari ilmu pengetahuan juga berada dalam/bawah filsafat of life, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran matematika kita tidak terlepas dengan filsafat matematika. Matematika dalam pembelajarannya itu berhubungan dengan ruang (tempat, guru, dan jumlah siswa) dan waktu (kapan dan bagaimana), dimana guru itu berfungsi untuk melayani kebutuhan siswa dan proses pembelajaran berubah dari mengajar ke belajar sehingga menghasilkan siswa yang terampil dan kreatif. Paradigma yang seharusnya dibangun agar matematika tidak lagi menjadi momok dan pelajaran yang dibenci oleh siswa adalah dengan berfikir bahwa matematika yang mendekati siswa bukan siswa yang mendekati matematika.
Hakekat pembelajaran matematika untuk sekolah dan perguruan tinggi sangat berbeda. Matematika perguruan tinggi itu adalah matematika deduksi sedangkan hakekat matematika sekolah adalah sesuai dengan definisi matematika yang dinyatakan oleh Ebbutt dan Straker sebagai berikut :
a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan.
c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving).
d. Matematika sebagai alat berkomunikasi.